
MMC Post – Perum Perhutani mendukung upaya penguatan ekosistem pangan, rantai pasok pangan dan kesejahteraan petani, peternak, petambak dan nelayan. Melalui Program Makmur dan pengembangan pertanian terpadu, Perum Perhutani bersedia menjadi Offtaker (Pembeli Langsung) hasil panen.
Program Makmur merupakan ekosistem yang menghubungkan produsen pangan hulu dengan segala kebutuhan, mulai dari ketersediaan pupuk, penjamin serapan, pasar, modal kerja, asuransi, hingga teknologi.
Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro mengatakan, Perhutani membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan pihak manapun.
“Kami sangat mendukung upaya memperkuat ekosistem pangan Indonesia dan kesejahteraan petani, peternak, petambak, dan nelayan melalui peningkatan produktivitas hasil pertanian, rantai pasok, akses pembiayaan, dan teknologi, “ ujar Wahyu dalam keterangannya.
Hal itu disampaikan Wahyu usai penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama tentang Pelaksanaan Program Makmur.
Tujuan Nota Kesepahaman yang akan berlaku selama 2 tahun kedepan tersebut, lanjut wahyu adalah untuk menjajaki rencana kerjasama dalam rangka bidang penyaluran pendanaan pertanian dan perkebunan dan juga asuransinya.
“Yang meliputi implementasi Program Makmur di areal pertanian atau perkebunan di wilayah kerja RNI, PTPN III, PERHUTANI dan/ atau anak perusahaannya dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan kesejahteraan petani,” ungkap Wahyu.
Ia pun menambahkan penjelasannya untuk menghadapi tantangan sektor pangan yang semakin berat seperti perubahan cuaca, musiman, serta kenaikan sejumlah harga komoditas dan lonjakan biaya logistik serta produksi.
“Program Makmur merupakan kerja sama antara tujuh BUMN antara lain Perum Perhutani, PT Pupuk Indonesia, PTPN III, BRI, PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Asuransi Jasa Indonesia, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia”, jelas Wahyu.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan ID Food akan didorong untuk melakukan perbaikan terhadap supply chain pangan BUMN, selanjutnya perlu adanya sinergitas dengan Himbara, PTPN, Perhutani, PT Pupuk untuk melakukan pendampingan terhadap Petani, peternak dan juga nelayan serta adanya solusi pembiayaan dan data yang benar.
“Kemudian dengan hadirnya pihak swasta, kita akan menjadi offtaker bersama untuk menjual sebagai produk unggulan Indonesia, serta yang terakhir kita harus terbuka dengan inovasi dan teknologi,” ucap Erick.
Lanjutkan Pengembangan pertanian Terpadu Di Kawasan Hutan
Sejak tahun 2015, Perum Perhutani sudah mengawali pengembangan sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System). Keterleibatan pada sektor pertanian, Mustofa Iskandar yang saat itu menjabat Dirut Perum Perhutani pernah menjalin kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dan Pemprov Jateng.
“Terkait Food Estate kita mau tidak mau ikut. Oleh karena itu sekarang Perhutani sedang bekerja sama dengan UGM dan Pemprov Jawa Tengah mengembangkan sistem pertanian terpadu. Baru sampai pilot project dengan lahan 146 hektar di Jawa Tengah, rencananya nanti akan ada lahan seluas 5.000 hektar di Jawa Tengah (untuk food estate),” kata Mustoha Iskandar, Selasa (3/3/2015).
Mustoha mengatakan, pengembangan sistem pertanian terpadu akan menggunakan beberapa konsep, di antaranya adalah zona kawasan hutan adaptif. Menurut dia, nantinya, lahan perhutani akan diberi jarak untuk memberi ruang bagi masyarakat setempat menaman tanaman holtikultura.
Mustoha mengatakan Perum Perhutani siap menjadi offtaker dari petani untuk menghindari pembelian dari pengijon-pengijon. Untuk rencana ini, Perum Perhutani berencana mempunyai anggaran sebesar Rp 200 miliar.
“Perhutani akan bertindak sebagai off taker untuk food estate. Supaya menghindari pengijon-pengijon yang membeli dengan harga murah dari petani. Kita juga akan membangun gudang jika diperlukan,” kata Mustoha.
“Perhutani juga mendukung ketahanan daging, baru dikembangkan dan sudah direspon positif. Karena ternyata pengusaha daging kesulitan mencari areal untuk peternakan, dimana Perhutani punya,” jelas Mustoha. (*)