Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat

MMC Pos – Waspada..! bagi masyarakat penghobi makan mi instan karena akan terjadi kenaikan harga yang fantastis.

Kenaikan harga mi instan dipicu oleh kenaikan harga pada bahan pokok mi yakni gandum. Hal ini berkaitan dengan pasokan gandum yang terkendala akibat perang dagang Rusia versus Ukraina.

Salah satu penghasil dan pengekspor gandum adalah Ukraina, sehingga perang yang terjadi di sana mengakibatkan tersendatnya pasokan.

Juli lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kenaikan harga gandum akibat invasi Rusia ke Ukraina akan berdampak pada harga pangan seperti roti dan mi di Indonesia. Sebab Indonesia masih bergantung pada gandum dari dua negara tersebut.

“Hati hati yang suka makan roti yang suka makan mi, harganya bisa naik. Karena apa? ada perang di Ukraina. Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum 34 persen berada di negara itu. Rusia, Ukraina, Belarusia semua ada di situ. Di Ukraina saja ada stok gandum,” papar Jokowi di Medan, Rabu (7/7) lalu.

Jokowi pun menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Ukraina. Di sana ia menanyakan langsung kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky soal stok gandum.

“Waktu saya ke sana, saya tanya langsung Presiden Ukraina, berapa stok yang ada di Ukraina? 22 juta ton. Stok gak bisa dijual. Kemudian ada panen baru ini 55 juta ton, artinya stoknya menjadi 77 juta ton,” urai Jokowi.

Kemudian, saat berkunjung ke Rusia, Jokowi juga menanyakan hal yang sama ke Presiden Vladimir Putin. Ternyata stok gandum di negara itu mencapai 130 juta ton.

“Bayangkan berapa ratus juta orang ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia. Dan sekarang ini sudah mulai (langka). Barang itu gak bisa keluar dari Ukraina dan enggak bisa keluar dari Rusia,” sebutnya.

Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat pecinta mi instan untuk waspada, karena harganya bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat.

“Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat,” ujarnya dalam webinar virtual yang dikutip Selasa (9/8).

Syahrul menjelaskan alasan utama kenaikan harga mi ini adalah karena harga gandum yang melonjak tajam. Sehingga, Indonesia yang selama ini mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri terkena dampak.

Berdasarkan data Trading Economics, Selasa (9/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai US$780,4 per gantang. Harga ini tercatat naik 9,74 persen dari tahun lalu.

“Saya bicara ekstrem saja, ada gandum tapi harganya mahal banget,” jelasnya.

Dengan kondisi ini, Syahrul pun menyarankan masyarakat untuk mengkonsumsi singkong, sorgum, dan sagu sebagai pengganti gandum. Dengan begitu ketergantungan akan impor gandum diharapkan bisa berkurang.

“Kalau saya sih jelas tidak setuju (impor gandum terus). Kita apapun sekarang makan saja, makan saja singkong, makan saja sorgum, makan saja sagu,” pungkasnya. (**)

Leave a Reply