
Jawa Tengah – Kemandirian pangan adalah cita-cita yang ingin dicapai setiap masyarakat di seluruh Indonesia. Kemandirian pangan merupakan salah satu tolak ukur atau indikator pembangunan suatu daerah berhasil atau bisa dikatakan sejahtera.
Oleh karena itu, pemerintah selalu berusaha untuk mencapai kemandirian pangan agar kesejahteraan masyarakat diseluruh wilayah Indonesia di setiap daerah tercapai.
Disisi lain, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini pernah meminta klarifikasi terhadap beberapa program dan kegiatan Kementerian Pertanian yang sudah disusun tetapi belum terlihat rencana capaiannya, baik output maupun outcome-nya. Sehingga perlu untuk merancang ulang menjadi lebih fokus dan terukur.
Terkait hal tersebut, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo memberikan arahan program pembangunan pertanian tidak lagi biasa biasa saja, tapi okstra ordinari.
Penyusunan program harus fokus dengan apa yang dicapai, tidak lagi asal alokasikan bantuan tanpa ada output yang jelas.
“Kita kerja swasembada pangan bahkan ekspor. Bagi daerah yang bisa naikan ini, kita akan support dan fokuskan programnya”, ungkap Menteri.
Sementara satu diantara penerima bantuan tahun 2022 yaitu Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Berupa bibit jagung Biosset B 89 sejumlah 2.250 kg untuk pendistribusian penanaman seluas 150 Hektar di Desa Ujungnegoro dan Desa Windurejo, Kecamatan Kesesi.
Menurut Koordinator Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kesesi, Iswari Tanti, berharap terkait bantuan bibit ini akan membantu meningkatkan perekonomian pertanian.
Tanti menjelaskan BPP Kecamatan Kesesi tengah merencanakan mengembangkan kawasan korporasi tanaman pangan untuk memperkuat kelembagaan pertani melalui model bisnis yang dilakukan secara berkelompok.


“Oleh karena itu, kemarin, Senin (4/7/2022) kami sosialisasikan program peningkatan SDM korporasi tanaman jagung yang menghadiri yaitu perwakilan CV Deruci Agrikultur Sistem (DAS), Kepala Desa Ujungnegoro, dan perwakilan kelompok tani yang akan dicanangkan sebagai Pilot Project pada program ini”, jelas Tanti.
Membangun korporasi tidaklah mudah, lanjut Tanti, sebab kalau dipahami ini seperti merubah peradaban dari pola lama ke pola baru. Menurutnya, cara cara kerja sebelumnya dengan korporasi akan berubah semua termasuk didukung sistimnya, sehingga tercipta pola pertanian baru dengan perbaikan aspek manajemen.
Pada kegiatan sosialisasi tersebut, perwakilan DAS, Suyetno mengungkapkan selain ada perbaikan kelembagaan petani menjadi korporasi tapi juga perbaikan pada teknis budidaya. Ditambah lagi cara penyiapan agroinput, modal, asuransi, hilirisasi dan pemasaran.
“Nilai tambah korporasi terbesar di hilir tidak ada limbah terbuang. Bahkan contohnya bonggol jagung pun masih bisa di ekspor, semua dapat dimanfaatkan. DAS akan menjadi fasilitator ke Pak Menteri Pertanian untuk mensupport program kita ini”, ungkapnya.
Suyetno pun meminta semua mulai bergerak membangun korporasi sehingga yang menjadi keluhan petani bisa diselesaikan.
Prinsip yang digunakan adalah petani menikmati harga untuk kualitas yang sama. Inilah yang bisa mensolusi aspek hulu on farm dan hilir.
Sementara Kepala Desa Ujungnegoro, Sutaryo mengatakan untuk persiapan program ini, ia meminta pihak DAS melakukan pendampingan sebagai percontohan di lokasi pertanian warga yang sudah menanam jagung lebih dulu.
“Saya mendukung sepenuhnya agar program ini berjalan sesuai rencana dan sukses mengangkat perekonomian di Desa. Bahkan saya sediakan waktu 24 jam untuk Tim DAS untuk berkoordinasi di lapangan”, ujar Kades penuh semangat. (*)