
Jateng – Untuk lebih mengembangkan kualitas dan kuantitas produksi kopi khas Kabupaten Banjarnegara, dalam hal ini Broto selaku duta petani kopi Baratas (Banjarnegara Atas), Sabtu (2/7/2022) di Kedai Kopi Volkadot, menggelar Pertemuan dengan Deruci Agrikultur Sistem (DAS).
Menurut Broto yang juga mantan kepala desa mengatakan pertemuan tersebut dalam rangka menggandeng Deruci Agrikultur Sistim (DAS) untuk bekerjasama mengembangkan budidaya kopi arabika ramah lingkungan.
Melansir latar belakang pengembangan perkebunan kopi di daerah tersebut mengisahkan bahwa Wanayasa berasal dari kemitraan dengan koperasi di Banjarnegara Atas (BARATAS).
Para kelompok petani swadaya ini merupakan visioner yang secara pro-aktif memutuskan untuk memperkenalkan kopi Arabika ke daerah mereka sembilan tahun lalu dan sekarang mulai meningkatkan kualitas, kuantitas dan juga keterampilan.
Budidaya kopi arabika secara intensif di kawasan Wanayasa ini baru dimulai pada tahun 2013. Selama ini, kopi hanya dibudidayakan untuk kepentingan konservasi lahan, mengingat sebagian besar wilayahnya berbukit dan rawan longsor. Total pohon kopi di desa itu mencapai 97.000, termasuk tanaman yang belum berproduksi.
Pada tahun 2015 pohon kopi pertama mulai berproduksi. Dan mulai tahun 2019 PT. Bright Java bergabung dengan mereka, bekerjasama untuk mengekspor kopi mereka ke pasar internasional.
Terkait upaya peningkatan produksi kopi tersebut, Broto berharap DAS dapat memberikan semangat baru dengan cara melakukan pendampingan budidaya organik kopi arabika di lahan produksinya seluas 20 Hektar.
Ia menjelaskan lahan Perkebunan Kopi Baratas merupakan daerah potensial perkembangannya. Namun produksi kopi Baratas saat ini menurun akibat tanaman yang sudah tua dan kurang terpelihara baik serta serangan hama dan penyakit, sehingga diperlukan sentuhan inovasi teknologi ramah lingkungan seperti peremajaan tanaman dan pengendalian hama dan penyakit.
Pada pertemuan itu, Pihak DAS, Handono Warih, mengambarkan kondisi sekarang di lahan kopi Broto butuh upaya optimalisasi pendampingan dan bimbingan tekhnik (Bimtek).
Pendampingan ini bertujuan untuk melakukan pendampingan teknologi organik, dan meningkatkan kapasitas petani melalui bimtek lapangan berbasis kopi organik.
“DAS akan memberikan bimtek cara budidaya kopi ramah lingkungan meliput penggunaan pupuk organik, sanitasi kebun, pemangkasan tanaman kopi dan naungan, perbaikan ekosistem, dan cara pembuatan pestisida nabati”, jelas Handono.
Sementara hasil pengamatan dilapangan kebun kopi milik Broto kurang dilakukan perawatan dan pemiliharaan terutama pemangkasan sehingga kebun menjadi lembab dan kotor penuh dengan rumput atau gulma. Apalagi pada musim penghujan akan rentan serangan jamur.
“Terlihat bahwa dari biji kopi 20-43% terserang hama. Makanya melalui pendampingan budidaya kopi organik diharapkan mampu meningkatkan kesadaran petani pentingnya perawatan tanaman kopi sehingga produksi biji kopi yang diperoleh melimpah dan dapat pula memperbaiki kualitas kopi”, ungkapnya. (*)